I. Pengertian
dan Makna Puja
Puja adalah
upacara pemujaan atau penghormatan kepada sesuatu atau benda yang dianggap suci
maupun keramat. dalam Agama Buddha, kata Puja berbeda arti, makna, cakupan,
serta penulisannya. Dalam agama Buddha ditulis Pūjā yang artinya menghormat.
Kata Pūjā dapat ditemukan dalam “Mangala Sutta”: “Pūjā ca pūjanīyānam
etammangalamuttamam” yang artinya : menghormat kepada yang layak dihormati
merupakan berkah utama. yang patut dihormati adalah, Buddha, orang tua, guru,
orang suci dan orang yang memiliki moral baik.
Puja sebagai
penghormatan memungkinkan untuk dilakukan dengan berbagai cara dapat berupa
persembahan dengan materi seperti dengan persembahan makanan, buah, dupa,
bunga, dll, maupun perilaku seperti sopan santun, ramah tamah, rendah hati;
secara fisik, seperti bersikap anjali, namaskara, maupun mental seperti praktik
cinta kasih, kasih sayang serta memiliki pandangan benar.
Penghormatan
yang diperkenankan oleh Buddha adalah penghormatan yang wajar serta didasari
oleh pengertian yang benar, dan ditujukan kepada “sesuatu” yang memang layak
untuk dihormati.
II. Jenis Puja
Ada 2 macam
puja (penghormatan) dalam agama Buddha, yaitu :
Amisa Puja,
artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja dengan
mempersembahkan bunga, lilin, cendana/dupa, dll.
Amisa Puja
dilaksanakan bermula dari kebiasaan bhikkhu Ananda, yang setiap hari mengatur
tempat tidur, membersihkan tempat tinggal, membakar dupa, menata bunga, dan
lain-lain, mengatur penggiliran umat untuk menemui umat untuk menemui atau
menyampaikan dana makanan.kepada Buddha.
Patipati Puja
artinya menghormat dengan melaksanakan ajaran (Dhamma), mempraktekkan sila,
samadhi, dan panna.
Kebaktian
merupakan salah satu praktik Patipati puja. Patipati puja merupakan cara
menghormat yang paling tinggi kepada Buddha, dengan melaksanakan ajaran Buddha
berarti telah menghormati Buddha. seperti kisah Bhikkhu Atadata yang berusaha
keras mencapai arahat sebelum Buddha Parinibbana
III. Sarana
dan Prasarana Puja
Sikap batin
dalam melaksanakan Puja: puja dapat dilaksanakan secara perorangan atau
kelompok, maka yang melaksanakan puja perlu mempersiapkan batinnya untuk
dipusatkan kepada objek tertinggi yaitu Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha)
Buddha
dihormati sebagai objek tertinggi karena kata Buddha yang dimaksud adalah
mencakup pengertian pencapaian penerangan sempurna. Buddha adalah penemu jalan
kesucian, guru, dan penunjuk jalan ke kesucian.
Dhamma
dihormati sebagai objek tertinggi sebagai kebenaran mutlak yang telah ditemukan
oleh Buddha. Dhamma adalah jalan kesucian itu sendiri.
Sangha
dihormati sebagai objek tertinggi karena Sangha merupakan pasamuan para makhluk
suci (Ariya Puggala), mereka telah mencapai tujuan atau telah memasuki jalan
untuk mencapai tujuan. Ariya Sangha adalah pengikut sejati dari ajaran itu.
Sikap fisik
dalam melaksanakan Puja :
Anjali
Yaitu
merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, membentuk kuncup bunga teratai,
baik dalam posisi berdiri, berjalan, maupun duduk bersimpuh/bersila.
Namaskara
Yaitu bersujud
tiga kali dengan lima titik (lutut, ujung jari-jari kaki, dahi, siku, telapak
tangan) menyentuh lantai, dengan disertai sikap anjali dan membaca parita
Namaskara-Gatha.
Padakhina
(pradaksina)
Dengan tangan
beranjali beranjali mengelilingi objek pemujaan dengan searah jarum jam (dari
kiri ke kanan) sebanyak tiga kali. dan pikiran terpusat pada TRIRATNA
Tempat melaksanakan Puja
1. Vihara
adalah Tempat
pelaksanaan Puja yang merupakan kompleks bangunan yang mempunyai sana lengkap,
yang meliputi :
Uposathagara
(Gedung Uposatha) : Uposathagara memiliki kegunaan sebagai tempat untuk
melaksanakan upacara pentahbisan Bhikkhu/Bhikkhuni, Samanera/Samaneri ; tempat
mempersembahkan Jubah Kathina ; tempat membacakan Patimokkha ; Tempat membahas
pelanggaran yang dilakukan Bhikkhu/bhikkhuni
Dhammasala,
adalah tempat untukmendengarkan dhamma dan juga tempat untuk melaksanan puja
bakti
Kuti, adalah
tempat untuk bhikkhu/bhikkhuni berdiam/ tinggal
Perpustakaan,
adalah tempat untuk menyimpan satu set Tripitaka
2. Cetiya
adalah
bangunan yang lebih kecil daripada Vihara, yang biasanya hanya terdapat
Bhaktisala, untuk melaksanakan kebaktian. ada beberapa macam cetya.
Dhamma Cetya,
adalah cetya yang memiliki satu set Tripitaka lengkap
Dhatu Cetya,
adalah cetya yang memiliki Relik Buddha
Paribhoga
Cetya, adalah cetya yang memiliki barang-barang peninggalan Buddha
Uddesika
Cetya, adalah cetya yang hanya memiliki gambar Buddha ataupun Rupang Buddh
3. Altar
Altar
merupakan tempat meletakkan simbol-simbol/lambang-lambang kesucian agama
Buddha, seperti :
- Patung
Buddha melambangkan penghormatan kepada Sang Buddha
- Lilin
melambangkan penerangan dhamma Sang Buddha.
- Dupa/hio
yang melambangkan keharuman Dhamma Sang Buddha.
- Bunga,
melambangkan anicca atau ketidakkekalan.
- Air, yang
dianggap memiliki sifat-sifat seperti : dapat membersihkan noda-noda, dapat
memberikan tenaga kepada makhluk-makhluk, dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan, selalu mencari tempat yang rendah (tidak sombong)
-Buah,
melambangkan buah dari kamma-kamma kita, selain itu sebagai lambang dari rasa
terima kasih.
4. Stupa
Bentuk stupa
melambangkan pemikiran terpusat.
Merupakan
tempat untuk menyimpan relik Buddha atau para arahat.
5. Pagoda
Memliki fungsi
yang sama dengan Stupa, yaitu untuk menyimpan relik orang suci, dan merupakan
budaya dari Cina, bangunannya selalu ganjil dan ujungnya runcing.
0 komentar:
Posting Komentar