"Di
hadapan setiap Buddha di setiap alam Buddha, aku hadir dalam jumlah tak
terhitung sebanyak butiran debu, menyampaikan penghormatan kepada semua Buddha
sebanyak butiran debu jumlahnya. Sebagaimana luasnya angkasa tanpa batas,
sebagaimana hamparan makhluk hidup, karma-karma makhluk hidup dan penderitaan
makhluk hidup adalah tanpa akhir; demikian pula penghormatanku kepada semua
Buddha adalah tanpa batas dan tanpa akhir. Tekadku akan terbangun dari waktu ke
waktu, aku tidak pernah akan lelah dan tetap melakukannya dengan tubuh, ucapan,
dan pikiranku di mana pun, kapan pun dan sampai pada masa apa pun."
Versi Mahayana:
Mahayanayoga vajrattasagara manjusri sahasrabhuja
sahasrapatra mahasasanaraja sutra
10 vows of Manjusri
10 vows of Manjusri
Buddha memberitahukan kepada para hadirin, Para Mahabodhisattva Mahasattva :
“Bila ada Bodhisattva yang baru membangkitkan Bodhicitta serta keempat golongan, putera dan puteri yang berbudi, dan yang lainnya. Barang siapa membangkitkan Bodhicitta, Manjusri Bodhisattva berikrar : Saya ada sepuluh macam ikrar Para Buddha yang mendalam tanpa batas, bila para Bodhisattva dan para insan memasuki ikrar –Ku, maka mereka merupakan anak Baghavan Para Buddha, dan sekaligus merupakan ayah – bunda Ku. Mengapa demikian ? Saya mempunyai ikrar agung, dengan sepuluh ikrar agung Ku, terlebih dahulu demi orang tua, kakak dan adik, istri dan kerabat, membuat mereka menjadi sejahtera, buah berkah menjadi sempurna, kakak dihormati oleh adiknya, dengan hati belas kasih menghindari pembunuhan, mempelajari Mahayana, melafal sutra suci, meningkatkan kualitas khalayak, bertekad mencapai Boddhi. Saya juga menjadi Guru, Sangha , siswa, bhiksu, Acarya, teman belajar, mitra, supaya mereka menerima ajaran Dharma ku, mempelajari tata krama, mencontoh kesantunan Ku, supaya mereka terinspirasi membangkitkan ikrar agung demi Mahayana, menekuni Boddhi, sampai merealisasikan Kebuddhaan. Maka dengan demikian entah Aku yang memulai atau pihak lain yang memulai (mengikat jodoh), (seperti) orang – orang pemerintahan, melayani masyarakat awam, satu-persatu menjadi terhormat, berbakti pada Negara, sehingga menjalin jodoh dengan semua masyarakat dan bisa menuntun menuju Boddhi, bersarana pada Triratna, membangkitkan Bodhicitta.
Kenapa dinamakan sepuluh macam ikrar agung yang mendalam :
Ikrar agung pertama :
Bila ada para insan yang terlahir di triloka,bila
Aku yang memulai atau pihak lain yang memulai, tergantung dengan nidana,ataupun
bila Pimpinan Catursunyapancasubha, pimpinan Cattvari Dhyanani Brahmaraja,
pimpinan Sadkama, Indra pimpinan para Dewa, Caturdewa pimpinan caturcakra,
pimpinan para dewa dan naga, pimpinan kedelapan kelompok makhluk, pimpinan
Pelindung Buddha Dharma, pimpinan sangharama, pimpinan Caturmahadharaloka,
pimpinan Vajradrdha, pimpinan Dewa Kebajikan Pelindung Negara, pimpinan negeri
besar dan kecil, pimpinan empat Raja Kecil, pimpinan para prajurit, pimpinan
ibu kota,makhluk amfibi, maupun yang terlahir dari rahim – telur - kelembaban
dan spontan, Sembilan jenis cacing, semua yang bernyawa, yang lahir di tiga
masa, semoga Buddha menjadi saksinya, yang belum pernah mendengar nama Ku, aku
bertekad membuat mereka mendengarnya, Yang mendengarkan nama Ku, atau yang
berada dalam Dharma Ku, supaya para insan membangkitkan Bodhicitta dan melimpahkan
jasa kepada Mahyana , menekuni jalan Anuttara. Jika ada insan yang menggunakan
obat Dharma atau ilmu kedokteran duniawi untuk menyembuhkan yang sakit, (serta)
penghitungan penanggalan, kesenian dan kerajinan, kesusastraan, penyanyi
lagu-lagu pujian, diskusi dan presentasi yang bermanfaat, membimbing umat
manusia, atau berbagai pekerjaan (berjasa)lainnya semacam itu, (dan dengan
pelayanannya) membimbing orang awam untuk membangkitkan Bodhicitta serta
pandangan benar, (berarti) semuanya (telah) berjodoh dengan Ku, memperoleh
jalan Kebuddhaan.
Ikrar agung kedua :
Bila ada insan, yang memfitnah Ku, membenci Ku,
melukai bahkan membunuh Ku, entah kepada Ku, ataupun dia atau yang lainnya,
senantiasa membenci dan tidak bisa memperoleh kebebasan (dari kebenciannya),
(aku bertekad) supaya mereka berjodoh dengan Ku, dan membuat mereka
membangkitkan Boddhicitta.
Ikrar agung ketiga :
Bila para insan, menyukai tubuh jasmaniKu, saat
melihat Ku timbul keinginan memiliki, berusaha mendapatkan Ku; atau melakukan
terhadap tubuh Ku dan tubuh yang lain dengan penuh dusta , penuh pandangan
salah, ataupun melakukan sesuatu yang suci maupun tidak suci, melakukan segala
kejahatan dan semua yang tidak baik ; (aku bertekad) supaya mereka berjodoh
dengan Ku, dan membuat mereka membangkitkan Boddhicitta.
Ikrar agung keempat :
Ikrar agung keempat :
Bila ada insan, merendahkanKu, mencurigai Ku, muak kepada Ku,
berdusta atas Aku, memfitnah Triratna, dengki pada Para Suci, mendustai semua,
seringkali bertindak tidak baik, (aku bertekad) supaya mereka berjodoh dengan
Ku, dan membuat mereka membangkitkan Boddhicitta.
Ikrar Agung kelima :
Bila ada insan, tidak menghargai Ku, merendahkan
Ku, malu dan menyesal kepada Ku, yang menghormati Ku, yang tidak menghormati
Ku, menghalangi Ku atau tidak menghalangi Ku, memanfaatkan Ku atau tidak
memanfaatkan Ku, memiliki Ku atau tidak memiliki Ku, menginginkan Ku atau tidak
menginginkan Ku, menghendaki Ku atau tidak, mengikuti Ku atau tidak, melihat Ku
atau tidak, (aku bertekad) supaya mereka berjodoh dengan Ku, dan membuat mereka
membangkitkan Boddhicitta.
Ikrar Agung keenam :
Bila ada insan, sering melakukan pembunuhan,
mencelakai atau menyembelih, menjagal babi atau menjaring ikan, saat dendam
timbul saling membunuh, tiada putusnya, dari kelahiran demi kelahiran saling
membalas, pembunuhan semakin merajalela, sama sekali tidak timbul penyesalan,
menjual tubuh dan mengambil harta tidak dengan semestinya untuk menghidupi diri
sendiri, yang memiliki hati yang demikian, selamanya kehilangan tubuh manusia
dan tidak melepaskan pembalas dendaman. Yang demikian, (aku bertekad) supaya
mereka berjodoh dengan Ku, dan membuat mereka membangkitkan Boddhicitta. Bila
ada orang lain yang mengambil harta benda Ku atau Aku yang memberinya ; atau
memberikan derma dana pada Ku, atau saya yang berderma, semua yang bisa
memperolehnya maupun yang tak memperolehnya, (aku bertekad) supaya mereka
berjodoh dengan Ku, dan membuat mereka membangkitkan Boddhicitta.
Ikrar Agung ketujuh :
Bila ada insan, yang member pujana pada Ku, atau
Aku yang member pujana pada nya. Atau Aku ataupun dia yang mendirikan tempat
peristirahatan Sangha, arama, stupa Buddha, tempat meditasi serta tempat
penyepian ; Atau Aku maupun orang lain membuat semua macam pahala, dan membuat
pratima Buddha Bodhisattva, ataupun mendorong orang lain untuk berdana,
mengumpulkan berkah, kemudian dilimpahkan kepada Dharmadhatu, serta Boddhi para
Buddha, supaya parai nsan bersama menikmati berkah ini
Jika ada orang , teman dan pasangan, guru dan siswanya, orang
yang melatih diri dengan keras, dengan posisi tubuh tertentu atau berpuasa ;
yang menjalankan sila atau melanggarnya ; yang berkarya maupun tidak ; biksu
atau Acarya pengajar, yang mendengar ajaran Ku, atau Aku menerima ajarannya,
yang bersama dalam berkarya, semua berjodoh dengan Ku, supaya mereka
membangkitkan Bodhicitta.
Ikrar agung kedelapan :
Ikrar agung kedelapan :
Bila ada insan yang selalu berbuat kejahatan,
(sehingga) terjerumus dalam neraka tanpa ada kesempatan meloloskan diri, sampai
berkalpa-kalpa, terus didera berbagai derita ; keluar dari neraka terlahir di
lima alam, terlebih dahulu menjadi hewan, menggunakan nyawanya untuk membayar
karma kehidupan lampau, menjadi hewan hewan rendah seperti anjing, babi , sapi,
kembing, gajah dan kuda, atau menjadi buruh tanpa istirahat, untuk membayar
karma,hutang nyawa sejak banyak kehidupan , mengembalikan apa yang dicuri
darinya. Aku akan senantiasa terlahir di kehidupan yang sama dengan lima alam
itu, untuk memberikan pengajaran, atau menjadi orang miskin papa, buta, bisu
dan tuli, orang rendahan, diantara para insan, menjadi sama golongan dan jodoh
yang sama, sama pekerjaan dan sama karya, (dan) Aku akan membimbingnya memasuki
jalan Kebuddhaan ; Berjodoh dengan Ku,supaya
mereka membangkitkan Bodhicitta.
Ikrar Agung kesembilan :
Bila ada insan, penuh sifat sombong, sehingga
menodai Dharma. Guru dan siswa tanpa rasa malu mempergunakan harta milik
Sangha, Buddha, Bodhisattva, maupun membunuh dan merampok, berbuat kejahatan
dan berdusta, berkata – kata yang tidak berguna dan bermulut jahat, berlidah
dua dan suka berselisih, serakah dan penuh kebencian, tidak membina diri dalam
kebajikan, mencuri harta orang lain, gemar merendahkan orang lain, tidak
mengenal baik dan buruk, selalu melakukan sepuluh perbuatan jahat dan semua
dosa lainnya, setelah meninggal dunia terjerumus dalam avici, memasuki berbagai
jenis neraka. Setelah keluar dari neraka, terlahir kembali di keenam alam
samsara, memasuki samudera kelahiran dan kematian, serta berbagai alam rendah.
Semoga berjodoh dengan Ku, melakukan karya dan berjalan dijalur yang sama,
berubah sesuai nidana, pasti akan menolongnya, supaya mereka terbebaskan.
Semoga berjodoh dengan Ku dan membangkitkan Bodhicitta.
Ikrar Agung kesepuluh :
Ikrar Agung kesepuluh :
Bila ada insan, yang berjodoh dengan Ku maupun
dengan metode Ku, atau yang tidak berjodoh, (biarlah) mereka memiliki kesamaan
Ikrar Agung dengan Ku, memperoleh tubuh (seperti) Ku, tiada bedanya dengan Ku.
Menjalankan Catur Brahma Vihara, hati seluas angkasa ; Menyelamatkan insan luas
tanpa kenal lelah, bertekad mencapai Boddhi, menapaki jalan Anuttara
Samyaksamboddhi. Maharya Manjusri , dengan ikrar yang didasari oleh sifat
keagungan, tidak memasuki triloka, juga tidak keluar dari triloka ; Hati bagai
angkasa, senantiasa berada dalam samudera sifat kesucian Tathagata, Tathagatagarbha.
Menetap di Dharmadhatu, berada dalam kesadaran tiap insan.
Manjusri mengatakan :
Manjusri mengatakan :
“Aku memiliki ikrar, dengan kekuatan keagungan
memberikan adhistana pada para insan, supaya noda dosanya sirna, memasuki
Boddhi, buah keluhuran Para Buddha. Ini dinamakan Sepuluh Macam Ikrar Agung
Bodhisattva.”Setelah Manjusri membangkitkan ikrar agung, saya (nama) juga
membangkitkan ikrar yang demikian, terjadi enam macam goncangan di Trisahasra
Mahasahasra Lokadhatu , hujan bunga memenuhi angkasa. Pada saat itu semua
hadirin dalam pasamuan melihat bunga tersebut kemudian memuji :Mahabodhisattva
Manjusri, kekuatan luhur yang leluasa, tak terperikan, tak terungkapkan !”
10 Paramita
Dalam Agama Buddha, terdapat 6 sifat luhur atau
kesempurnaan (Sad Paramita) sebagai jalan untuk mencapai tingkat Bodhisattva,
yaitu:
1.
Dana Paramita, yaitu
melatih kemurahan hati.
Menurut cara hidup umat Buddha, Dana itu terbagi atas
dua jenis yaitu dan yang dapat dilakukan oleh orang-orang biasa yang belum
mencapai kesucian, yang terdiri dari Amisedana dan Dhammadana. Dan dana yang
dapat dilakukan oleh orang-orang yang telah mencapai kesucian, yaitu Atidana
dan Mahatidana.
Dana yang dapat dilakukan orang-orang biasa, baik yang
hidup berkeluarga (umat biasa dan Upasaka-Upasika) maupun yang hidup tidak berkeluarga
(bhikkhu-Bhikkhuni) adalah :
1.
Amisedana,
yaitu dana dalam bentuk materi (benda) yang kita berikan kepada orang-orang
yang membutuhkan, misalnya uang, keperluan hidup dan makanan.
2. Dhammadana,
yaitu dana dalam bentuk bathin, memberikan khotbah Dhamma, memberikan
nasehat-nasehat kepada seseorang sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Menurut
kitab suci Prajna Paramita dikatakan, bahwa pemberian Dhamma melebihi segala
macam pemberian lainnya.
Dana yang dapat dilakukan oleh orang-orang suci, yakni
Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat dan Bodhisattva adalah:
1.
Atidana,
Dana yang dilakukan seseorang untuk kepentingan orang banyak dengan
meninggalkan segala kesenangan dan harta bendanya. Misalnya dengan pengorbanan
Pangeran Siddharta meninggalkan istananya sebagai calon raja, meninggalkan
istri dan anaknya untuk kebahagiaan orang banyak.
2.
Manatidana,
Pengurbanan jiwa-raga seseorang untuk kepentingan/kebahagiaan orang (makhluk)
lain yang sedang menderita. Misalnya dalam cerita dongeng mengenai Bodhisattva
Avalokitescara dan pada cerita Jataka.
2.
Sila -Paramita, yaitu
melatih tidak mengutamakan diri sendiri.
Bila seseorang memberikan dana, maka sebaiknya ia juga
melatih Sila-Paramita dari cinta kasih tanpa membeda-bedakan antara pribadi
sendiri dan pribadi orang lain. Ia seharusnya juga mendermakan kemurahan hati,
welasasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan rasa simpati terhadap sesama
hidup.
3.
Kshanti (Kanthi)-Paramita, yaitu melatih kesabaran dan rendah hati.
Seseorang yang mencapai kesucian tidak akan pernah
mengatakan bahwa ia telah mencapai kesucian kepada orang lain. Mereka tidak
mengharapkan pujian dalam berbuat baik, mereka tidak merasa bangga bila dipuji
dan mereka juga tidak kecewa seandainya dicaci.
4.
Viriya-Paramita, yaitu
Melatih keuletan dan pengabdian.
Sesorang yang telah menyelidiki isi kitab suci agama
Buddha dan kemudian dengan penuh semangat dan kemauan menerangkannya kepada
orang lain dan mempersembahkan pengertiannya kepada orang banyak.
5.
Dhyana-Paramita, yaitu
Melatih ketenangan pikiran.
Setiap siswa memperkembangkan pikirannya, memusatkan
pikiran (Dhyana), bahwa ia dan makhluk lainnya adalah sama. Bila ia dapat
mencapai nirvana, ia juga akan berusaha membebaskan makhluk hidup lainnya.
Jikaau maksud dan janji itu dilaksanakan dengan jujur, maka semua makhluk hidup
telah turut dibebaskan.
6.
Prajna-Paramita, yaitu
Melatih kebijaksanaan.
Kata-kata tidak dapat mengutarakan Kesunyataan, apa
yang diutarakan dengna kata-kata bukanlah Kesunyataan. Para Buddha dan
Bodhisattva bukan memperoleh Penerangan melalui ajaran-ajaran yang terbatas,
tetapi disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Disaat kelima Paramita
terdahulu telah disempurnakan, maka Prajna-Paramita baru dapat dicapai, ia
telah memperoleh Kebijaksanaan Sempurna, untuk menuju tingkat Kebuddhaan.
Selanjutnya Sad-Paramita mempunyai kelanjutan dan
menjadi Dasa Paramita atau “10 Kesempurnaan”, yaitu,
1.
Dana-Paramita
= kesempurnaan berdana.
2.
Sila-Paramita
= kesempurnaan di dalam melatih diri (menjalankan peraturan).
3.
Kshanti-Paramita
= kesempurnaan melatih kesabaran dan rendah diri.
4.
Virya-Paramita
= kesempurnaan melatih keuletan atau pengabdian.
5.
Dhyana-Paramita
= kesempurnaan melatih ketengan pikiran.
6.
Prajna-Paramita
= kesempurnaan di dalam melatih kebijaksanaan.
7. Upaya-Paramita
= kesempurnaan dalam kemahiran pada pemilihan atau penyesuaian dalam arti
pengganti atau pertolongan.
8.
Pranidhana-Paramita
= kesempurnaan melatih keteguhan atau cita-cita.
9.
Bala-Paramita
= kesempurnaan melatih kekuataan (tenaga).
10.
Jhana-Paramita
= kesempurnaan dalam pengetahuan.
Keempat Paramita setelah Sad Paramita merupakan
Paramita susulan atau pelengkap.
Kesepuluh
Paramita dalam Theravada, yang merupakan jalan untuk dilaksanakan pada
Bodhisattva untuk mencapai tingkat Buddha adalah;
1.
Dana-Paramita
= kesempurnaan beramal.
2.
Sila-Paramita =
kesempurnaan melaksanakan sila.
3. Nekkhamma-Paramita =
kesempurnaan melatih penolakan, yaitu penolakan nafsu indera.
4.
Panna-Paramita
= kesempurnaan melatih kebijaksanaan.
5.
Viriya-Paramita
= kesempurnaan melatih usaha (semangat).
6.
Khanti-Paramita =
kesempurnaan melatih kesabaran.
7. Sacca-Paramita =
kesempurnaan melatih kebenaran (kata-kata, perbuatan, dan pikiran).
8. Adhitthana-Paramita
= kesempurnaan melatih kehendak dengan mantap (memutuskan sesuatu dan selesai
berbuat sesuatu pada waktunya).
9.
Metta-Paramita =
kesempurnaan melatih cinta-kasih.
10.
Upekkha-Paramita
= kesempurnaan melatih keseimbangan batin.
0 komentar:
Posting Komentar