Terlahir kembali
merupakan bukti dari kehidupan yang berulang-ulang dari setiap makhluk yang
disebut dengan istilah punabhava (pali) atau punarbhava (sansekerta). Setiap
makhluk yang masih diliputi tanha (keinginan tanpa akhir) akan selalu terlahir
kembali di salah satu dari 31 alam kehidupan. Dari tiga macam tanha, yang
paling berpengaruh dalam kelahiran kembali adalah bhava tanha (keinginan untuk
terlahir) meskipun kama tanha (keinginan pemuasan nafsu indera)dan vibhava
tanha (keinginan untuk memusnahkan diri). Darimana keinginan-keinginan itu
muncul? Dari pikiran keinginan itu muncul oleh ucapan dan perbuatan keinginan
itu dicetuskan. Rangkaian ini disebut sabagai karma yang akan menjadikan sebab
dari yang diperoleh selanjutnya.
Bhava paccaya jati,
jati paccaya jaramarana. Jaramarana paccayupana jati.
Dengan adanya proses
menjadi maka terjadilah kelahiran, dengan adanya kelahiran maka terjadilah
kelapukan dan kematian. Kelapukan dan kematian menyebabkan kelahiran. Itu
adalah mata rantai yang tidak dapat terputus, kelahiran terjadi setelah ada
kematian dan kematian terjadi karena ada kelahiran. Makhluk hidup setelah mati
(cuti) akan langsung terlahir kembali (patisandhi) tanpa menunggu jeda.
Peristiwa kelahiran inilah yang disebut punarbhava, yang dapat terlahir di
alamneraka, peta, asura, tiracchana, manusia, deva atau brahma. Punarbhava
sering juga disebut patisandhi.
Banyak kalangan yang
mengatakan bahwa punarbhava dan reinkarnasi merupakan dua halyang sama. Itu
dikarenakan tidak memahami makna yang sebenarnya. Sesunggunhnya keduanya
berbeda sama sekali. Perbedaan yang paling mendasar dari keduanya adalah
tentang pandangan roh, jiwa, sukma / atta (atma). Dalam reinkarnasi roh atau
atma adalah kekal dan selalu berpindah-pindah dari satu kelahiran ke kelahiran
berikutnya. Dalam punarbhava tidak ada roh atau atma yang kekal yang
berpindah-pindah pada setiap kelahiran, tetapi kelahiran kembali hanya
merupakan proses kesadaran yang berpindah dan berubah di setiap kelahiran baru.
Kesadaran makhluk di kehidupan baru berbeda dengan kesadaran pada makhluk di
kehidupan lalu.
Agama buddha memandang
sukma, roh, jiwa adalah tidak kekal seperti dikatakan dalam hukum tilakhana
yaitu anatta, malainkan hanya merupakan proses yang selalu bergerak. Kelahiran
kembali juga bukan merupakan perpindahan kehidupan di satu alam ataupun
perpindahan kehidupan dari satau alam ke alam yang lain. Kelahiran kembali
merupakan kelangsungan proses kesadaran yang bergerak terus karena adanya
kekuatan karma.
AJARAN mengenai
tumimbal-lahir sangat erat hubungannya dengan Hukum Karma. Ajaran tumimbal-lahir
dalam agama Buddha membuktikan adanya kehidupan makhluk yang berulang-ulang.
Tumimbal-lahir
(patisandhi/punabbhava) bukan berarti pemindahan atau penjelmaan. Dalam agama
Buddha tidak dikenal pemindahan atau penjelmaan dari nama (bathin/jiwa) setelah
seseorang meninggal dunia.
Tetapi dikenal dengan
istilah "penerusan" (patisandhi) dari nama, disebut
Patisandhi-vinnana.
Ketika seseorang akan
meninggal dunia, kesadaran-ajal (cuti-citta) mendekati kepadaman dan didorong
oleh kekuatan-kekuatan kamma. Kemudian, kesadaran-ajal (cuticitta) padam dan
langsung menimbulkan kesadaran penerusan (patisandhi-vinnana) untuk timbul pada
salah satu dari 31 Alam Kehidupan (Bhumi 31) sesuai dengan karmanya. Hal ini
secara umum disebut pula suatu permulaan dari bentuk kehidupan baru.
Ada 4 cara
tumimbal-lahirnya makhluk-makhluk, yaitu :
Jajabuja-Yoni :
Makhluk yang lahir dari kandungan, seperti manusia, kuda, kerbau dan lain-lain
Andaja-Yoni : Makhluk
yang lahir dari telur, seperti Burung, ayam, bebek dan lain-lain
Sansedaja-Yoni :
Makhluk yang lahir dari kelembaban, seperti nyamuk, ikan dan lain-lain.
Opapatika-Yoni :
Makhluk yang lahir secara spontan, langsung membesar, seperti para dewa,
brahma, makhluk neraka, setan dan lain-lain.
Di samping itu
terdapat pula 4 macam tumimbal-lahir secara penerusan kehidupan di 31 Alam
Kehidupan, yaitu :
Apaya-Patisandhi :
Bertumimbal-Lahir di alam Apaya.
Kamasugati-Patisandhi
: Bertumimbal-lahir di alam Kamasugati.
Rupavacara-Patisandhi
: Bertumimbal-lahir di alam Rupa-jhana.
Arupavacara-Patisandhi
: Bertumimbal-lahir di alam Arupajhana.
Ada 31 Alam Kehidupan
yang merupakan tempat diam makhluk-makhluk, sedangkan Nibbana (Nirvana) adalah
di luar dari 31 Alam Kehidupan itu. Makhluk-makhluk yang diam di 31 Alam
Kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian, masih mengalami derita.
31 Alam Kehidupan tidak kekal adanya. Sebaliknya, Nibbana itu terbebas dari
kelahiran dan kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, ada dan tidak
berubah, kekal adanya.
Jika seseorang belum
mencapai kesucian tingkat Arahat, setelah ia meninggal dunia, ia akan
dilahirkan kembali dalam salah satu Alam dari 31 Alam Kehidupan sesuai dengan
karmanya.
31 ALAM KEHIDUPAN
TERBAGI MENJADI TIGA KELOMPOK
1. Kama-Bhumi 11
11 Alam Kehidupan yang
makhluk-makhluknya masih senang dengan napsu indera dan melekat pada panca
indera.
2. Rupa-Bhumi 16
16 Alam Kehidupan yang
makhluk-makhluknya mempunyai Rupa Jhana (Jhana Bermateri, hasil dari
melaksanakan Samata Bhavana).
3. Arupa-Bhumi 4
4 Alam Kehidupan yang
makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana (Jhana Tanpa Bermateri, hasil dari
melaksanakan Samatha Bhavana)
I. Kama-Bhumi 11
terdiri dari :
- Apaya-Bhumi 4 (4
alam kehidupan yang menyedihkan), yaitu :
Niraya-Bhumi : Alam
Neraka.
Tiracchana-Bhumi :
Alam Binatang.
Peta-Bhumi : Alam
Setan.
Asurakaya-Bhumi : Alam
Raksasa Asura
- Kamasugati-Bhumi 7
(7 alam kehidupan napsu yang menyenangkan) :
Manussa-Bhumi : Alam
Manusia.
Catummaharajika-Bhumi
: Alam Empat Dewa Raja.
Tavatimsa-Bhumi : Alam
33 Dewa. Di Sorga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada Ratu Mahamaya
(Ibunda-Nya) dan para dewa lainnya.
Yama-Bhumi : Alam Dewa
Yama.
Tusita-Bhumi : Alam
Kenikmatan. Ratu Mahamaya dan Maitreya Bodhisattva diam di Sorga ini.
Nimmanarati-Bhumi :
Alam Dewa yang menikmati ciptaannya.
Paranimmita-vasavatti-Bhumi :
Alam Dewa yang membantu menyempumakan ciptaan dewa-dewa lainnya.
Penjelasan Apaya-Bhumi
4
a. Suatu alam disebut
Niraya-Bhumi (alam neraka) karena alam ini tidak terdapat kesenangan dan
kabahagiaan. Niraya-Bhumi (alam neraka) terbagi pula dalam beberapa kelompok
alam, diantaranya dikenal kelompok Maha-Naraka 8, yaitu :
1. Sanjiva-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami berbagai macam siksaan.
2. Kalasutta-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini tubuhnya dipotong-potong sampai terpisah.
3. Sanghata-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini tubuhnya ditindih dengan berbagai macam alat berat.
4. Roruva-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami siksaan berat sehingga menjerit-jerit.
5. Maharoruva-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami siksaan lebih berat..sehingga suara jerit dan tangisan
lebih keras.
6. Tapana-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami siksaan dengan api yang menyala di tubuhnya.
7. Mahatapana-Naraka
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami kepanasan sepanjang masa.
8. Avici-Naraka
(Devadatta diam di alam Avici Naraka ini).
Makhluk yang diam di
Neraka ini mengalami siksaan berat berulang-ulang dalam kelahiran dan kematian
di alam Neraka ini: Setelah mati hidup kembali dan disiksa seterusnya.
Pembagian kejahatan
yang membawa akibat tumimbal-lahir dalam alam Neraka:
• Membunuh manusia :
Terlahir di alam-alam Sanjiva-Naraka dan Kalasutta-Naraka.
• Membunuh binatang :
Terlahir di alam-alam Sangata-Naraka dan Roruva-Naraka.
• Mencuri: Terlahir di
alam Maharoruva-Naraka.
• Membakar kota:
Terlahir di alam Tapana-Naraka.
• Mempunyai pandangan
salah: Terlahir di alam Mahatapana-Naraka.
• Melakukan lima
perbuatan durhaka : Terlahir di alam Avici-Naraka.
b. Suatu alam disebut
Tiracchana-Bhumi (alam binatang), karena makhluk-makhluk yang diam di alam ini
tidak mempunyai tempat yang khusus.
Makhluk binatang ini
terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
• Kelompok makhluk
binatang yang dapat dilihat dengan mata.
• Kelompok makhluk
binatang yang tidak dapat dilihat dengan mata.
Makhluk binatang yang
berkaki terbagi dalam 4 kelompok, yaitu :
• Apadatiracchana :
Kelompok makhluk binatang yang tidak mempunyai kaki, seperti ular, ikan, cacing
dan lain-lainnya.
• Dvipadatiracchana :
Kelompok makhluk binatang yang mempunyai dua kaki, seperti ayam, burung, bebek
dan lain-lainnya.
• Catupadatiracchana :
Kelompok makhluk binatang yang mempunyai empat kaki, seperti kerbau, tikus,
kuda dan lain-lainnya.
• Bahuppadatiracchana
: Kelompok makhluk binatang yang mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu,
lipan dan lain-lainnya.
c. Suatu alam disebut
Peta-Bhumi (alam setan), karena makhluk yang diam di alam ini jauh dari
kesenangan dan kebahagiaan.
Makhluk Setan ini
terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya terdapat kelompok-kelompok setan
yang disebut PETA 4, PETA 12 dan PETA 21 sebagai tertulis di bawah ini :
PETA 4 (terdapat dalam
Kitab Petavatthu-Atthakatha)
1.
Paradattupajivika-Peta : Setan yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan
yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.
2. Khupapipasika-Peta:
Setan yang selalu lapar dan haus.
3.
Nijjhamatanhika-Peta: Setan yang selalu kepanasan.
4. Kalakancika-Peta:
Setan yang sejenis Asura.
Penjelasan :
Hanya
Paradattupajivika-Peta saja yang dapat menerima makanan yang diberikan orang
dalam upacara sembahyang serta kiriman jasa dari keluarga. Para Bodhisattva,
jika terlahir menjadi setan, akan menjadi Paradattupajivika-Peta, dan tidak
akan menjadi setan (peta) yang lain.
PETA 12 (terdapat
dalam Kitab Gambhilokapannatti).
1. Vantasa-Peta: Setan
yang makan air ludah, dahak dan muntah.
2. Kunapasa-Peta :
Setan yang makan mayat manusia dan binatang.
3. Guthakhadaka-Peta:
Setan yang makan berbagai kotoran.
4. Aggijalamukha-Peta
: Setan yang dimulutnya selalu ada api.
5. Sucimuja-Peta :
Setan yang mulutnya sekecil lobang jarum.
6. Tanhattika-Peta:
Setan yang dikendalikan oleh napsu keinginan rendah sehingga lapar dan haus.
7. Sunijjhamaka-Peta :
Setan yang berbulu hitam seperti arang.
8. Suttanga-Peta :
Setan yang mempunyai kuku tangan kaki yang panjang dan tajam seperti pisau.
9. Pabbatanga-Peta:
Setan yang bertubuh setinggi gunung.
10. Ajagaranga-Peta :
Setan yang bertubuh seperti ular.
11. Vemanika-Peta :
Setan yang menderita pada waktu siang, dan senang pada waktu malam dalam
kahyangan.
12. Mahidadhika-Peta:
Setan yang mempunyai ilmu gaib.
PETA 21 (terdapat
dalam Kitab Suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta).
1. Attisankhasika-Peta
: Setan yang mempunyai tulang bersambungan, tetapi tidak mempunyai daging.
2. Mansapesika-Peta :
Setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi tidak mempunyai tulang.
3. Mansapinada-Peta :
Setan yang mempunyai daging berkeping-keping.
4.
Nicachaviparisa-Peta : Setan yang tidak mempunyai kulit.
5. Asiloma-Peta: Setan
yang berbulu tajam.
6. Sattiloma-Peta :
Setan yang berbulu seperti tombak.
7. Usuloma-Peta :
Setan yang berbulu panjang seperti anak panah.
8. Suciloma-Peta:
Setan yang berbulu sepertijarum.
9.
Dutiyasuciloma-Peta: Setan yang berbulu seperti jarum kedua (lebih tajam).
10. Kumabhanda-Peta :
Setan yang mempunyai kemaluan sangat besar.
11.
Guthakupanimugga-Peta : Setan yang bergelimangan dengan kotoran.
12. Guthakhadaka-Peta:
Setan yang makan berbagai macam kotoran.
13.
Nicachavitaka-Peta: Setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.
14. Dugagandha-Peta :
Setan yang baunya sangat busuk.
15. Ogilini-Peta:
Setan yang badannya seperti bara api.
16. Asisa-Peta: Setan
yang tidak mempunyai kepala.
17. Bhikkhu-Peta :
Setan yang berbadan seperti bhikkhu. .
18. Bhikkhuni-Peta :
Setan yang berbadan seperti bhikkhuni.
19. Sikkhamana-Peta:
Setan yang berbadan seperti Setan yang berbulu seperti pelajar wanita atau
calon bhikkhuni.
20. Samanera-Peta :
Setan yang berbadan seperti samanera.
21. Samaneri-Peta :
Setan yang berbadan seperti samaneri.
d. Suatu alam disebut
Asurakaya-Bhumi (alam raksasa asura), karena makhluk yang diam di alam ini jauh
dari kemuliaan, kebebasan, kesenangan dan kebahagiaan.
Penjelasan
Kamasugati-Bhumi 7 :
1. Suatu alam disebut
Manussa-Bhumi (alam manusia), karena makhluk yang diam di alam ini mengetahui
mana yang baik dan mana yang tidak baik, yang berguna dan yang tidak berguna,
yang berfaedah dan yang tidak berfaedah dan lain-lainnya.
Dalam hal ini ada 4
macam Manusia (Manussa 4) yaitu:
Manussa-Naraka:
Manusia Naraka. Manusia yang senang membunuh makhluk, seperti berburu, pejagal,
algojo, perbuatannya selalu berdasarkan kebencian (dosa).
Manussa-Peta: Manusia
Setan. Manusia yang tidak kenaI kebajikan, senang meladeni napsu indera,
Kelompok Dewa yang disebut perbuatannya selalu berdasarkan
ketamakanlkeserakahan (lobha).
Manussa-Tiracchana :
Manusia Binatang. Manusia yang tidak kenaI kebajikan dan kejahatan, keras hati,
sombong, senang bicara kasar dan jorok, tidak berbakti pada orang tua, tidak
akur dengan saudara, perbuatannya selalu berdasarkan kebodohan bathin (moha).
Manussa-Manussa :
Manusia-Manusia. Manusia yang mengetahui yang mana yang baik dan buruk, yang
mana patut dilakukan dan tidak dilakukan, yang berfaedah dan tidak berfaedah,
mempunyai rasa malu (hiri) berbuat kejahatan dan takut (ottappa) akan akibat
dari perbuatan jahat, hidupnya selalu berpedoman dengan dhammavinaya
(Tipitaka).
2. Suatu alam disebut
Catummaharajika-Bhumi (alam empat raja dewa), karena di alam tersebut diam
Empat Raja Dewa yang bernama :
- Davadhatarattha
- Davavirulaka
- Davavirupakkha
- Davakuvera
Catummaharajjika-Bhumi
terbagi dalam 3 kelompok yaitu :
a. Bhumamattha-Devata:
Para Dewa yang berdiam di atas tanah, seperti para dewa yang diam di gunung,
sungai, laut, rumah, cetiya, vihara, candi dan lain-lain.
b. Rukakhattha-Devata
: Para Dewa yang diam diatas pohon. Dewa ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
- Kelompok dewa yang
mempunyai kahyangan di atas pohon.
- Kelompok dewa yang
tidak mempunyai kahyangan di atas pohon.
c. Akasattha-Devata :
Para Dewa yang berdiam di angkasa, seperti di bulan, bintang, dan planet
lainnya.
3. Suatu alam disebut
Tavatimsa-Bhumi (alam dari 33 dewa), karena dahulu kala ada sekelompok pria
yang berjumlah 33 orang yang selalu bekerja sarna dalam berbuat kebaikan,
seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama-sama melaksanakan dana
untuk pembangunan vihara, rumah sakit, sekolah dan lain-lainnya. Sewaktu mereka
meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam kehidupan, yang disebut
Tavatimsa-Bhumi (alam tiga puluh tiga dewa).
4. Suatu alam disebut
Yama-Bhumi (alam dewa yama), karena para dewa yang diam di alam ini terbebas
dari kesulitan, yang ada hanya kesenangan.
5. Suatu alam disebut
Tusita-Bhumi (alam dewa kenikmatan), karena para dewa yang diam di alam ini
terbebas dari kepanasan hati, yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan.
6. Suatu alam disebut
Nimmanarati-Bhumi (alam dewa yang menikmati ciptaannya), karena para dewa yang
diam di alam ini menikmati kesenangan panca indera dari hasil ciptaannya.
7. Suatu alam disebut
Paranimmita-vasavatti-Bhumi (alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan
dari dewa-dewa lainnya), karena para dewa yang diam di alam ini, disamping
menikmati kesenangan panca indera, juga mampu membantu menyempurnakan ciptaan
dewa-dewa lainnya.
Perbedaan Alam Manusia
dengan Alam Dewa :
a. Di Alam Dewa,
Ariya-Puggala (Orang Suci) lebih banyak dari Alam Manusia, karena pada jaman
Sang Buddha Gotama banyak orang mencapai kesucian tingkat Sotapanna dan
Sakadagami setelah mendengar khotbah Dharma langsung dari Sang Buddha Gotama.
Kemudian, setelah meninggal dunia mereka terlahir dialam Dewa. Ada juga yang
mendengar khotbah Dharma langsung dari Sang Buddha Gotama mencapai kesucian
tingkat Anagarni dan Arahat. Mereka yang telah menjadi Anagami, bila meninggal
dunia, terlahir di alam Rupa-Brahma.
Tetapi Arahat telah
terbebas dari kelahiran dan kematian, mencapai Saupadisesa-nibbana atau Kilesa
Parinibbana, setelah Aranat meninggal dunia mereka mencapai Anupadisesanibbana
atau Khandha Parinibbana atau Parinibbana.
b. Keistimewaan di
Alam Manusia ialah adanya Sangha, ada yang mengajarkan dan belajar Tipitaka,
sebagian besar para Bodhisattva lahir di Alam manusia untuk mencapai kesucian
tingkat Kebuddhaan. Sebaliknya, di Alam Dewa tidak ada Sangha, dan tidak ada
yang mengajarkan Tipitaka.
II. Rupa-Bhumi 16
terdiri dari :
- PATHAMA JHANA BHUMI
3 : 3 Alam kehidupan Jhana Pertama, yaitu :
Brahma Parisajja Bhumi
: Alam pengikut pengikut Brahma.
Brahma Purohita Bhumi
: Alam para menteri Brahma.
Maha Brahma Bhumi :
Alam Brahma yang besar.
- DUTIYA JHANA BHUMI 3
: 3 Alam kehidupan Jhana Kedua, yaitu :
Brahma Parittabha
Bhumi : Alam para Brahma yang kurang cahaya.
Brahma Appamanabha
Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas cahayanya.
Brahma Abhassara
Bhumi: Alam para Brahma yang gemerlapan cahayanya.
- TATIYA JHANA BHUMI 3
: 3 Alam Kehidupan Jhana Ketiga, yaitu :
Brahma Parittasubha
Bhumi : Alam para Brahma yang kurang auranya.
Brahma Appamanasubha
Bhumi : Alam para Brahma yang tak terbatas auranya.
Brahma Subhakinha
Bhumi : Alam para Brahma yang auranya penuh dan tetap.
- CATUTTHA JHANA BHUMI
7 : 7 Alam Kehidupan Jhana Keempat, yaitu :
Brahma Vehapphala
Bhumi : Alam para Brahma yang besar Pahalanya.
Brahma Asannasatta
Bhumi : Alam para Brahma yang kosong dari kesadaran.
Selanjutnya Alam-Alam
dari Jhana ke empat ini dinamai Alam Suddhavasa 5, yaitu 5 Alam
Kehidupan Yang
Murni, Alam Kehidupan khusus untuk para Anagami, yaitu :
Brahma Aviha Bhumi :
Alam para Brahma yang tidak bergerak.
Brahma Atappa Bhumi :
Alam para Brahma yang suci.
Brahma Sudassa Bhumi :
Alam para Brahma yang indah.
Brahma Sudassi Bhumi :
Alam para Brahma yang berpandangan terang.
Brahma Akanittha Bhumi
: Alam para Brahma yang luhur.
Penjelasan:
Anagami yang tidak
mempunyai Catutthajjhanakusala (sutta) atau Palicamajjhana-kusala (Abhidhamma)
tidak dapat terlahir di Alam Suddhavasa 5. Beliau yang tidak mempunyai
Pancamajjhana-kusala, setelah meninggal, akan terlahir di Alam Rupa-Jhana
(bukan Suddhavasa 5) dengan kekuatan "Maggasiddhi-Jhana".
III. Arupa-Bhumi 4
terdiri dari :
1.Akasanancayatana
Bhumi : Keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas.
2.Vinnanancayatana
Bhumi : Keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas.
3.Akincanayatana Bhumi
; Keadaan dari konsepsi kekosongan.
4.Nevasannanasannayatana
Bhumi : Keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
Selesai.
Saya seeker dari kristiani. Ciri2 brahma sama seperti ciri malaikat dalam kristen orthodox. 3alam malaikat yang terdiri 9 jenjang malaikat serupa dengan jhana1-3. Jadi Avinu Sheba Shamayim atau Bapa di langit sembahan kristen, yang juga disembah oleh 9jenjang malaikat, pasti diatas jhana ke-3. Bahkan dalam kitab wahyu, yesus menjanjikan hadiah berupa tempat yang mempunyai ciri 'Aviha'. Jadi yesus mempunyai kuasa atas 'Aviha'. Terima kasih ulasannya. Karena ini menerangkan iman kristen kami.
BalasHapusmasih di Rupa Loka😊😊.. berusaha supaya memperoleh penerangan sempurna
Hapus